Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa kanker
kolorektal erat kaitannya dengan kanker keturunan atau kanker yang terjadi pada
usia lanjut, padahal kanker yang tumbuh pada usus besar ini juga sangat
dipengaruhi oleh gaya hidup.
Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kasus kanker ini di Indonesia, seperti penyakit radang usus besar yang tidak diobati, kebiasan banyak makan daging merah, makanan berlemak dan alkohol, kurang konsumsi buah-buahan, sayuran dan ikan, kurang beraktivitas fisik, berat badan yang berlebihan, serta kebiasaan merokok.
dr Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengungkapkan bahwa kanker kolorektal 90-95 persen dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup, sisanya oleh gen.
Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kasus kanker ini di Indonesia, seperti penyakit radang usus besar yang tidak diobati, kebiasan banyak makan daging merah, makanan berlemak dan alkohol, kurang konsumsi buah-buahan, sayuran dan ikan, kurang beraktivitas fisik, berat badan yang berlebihan, serta kebiasaan merokok.
dr Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengungkapkan bahwa kanker kolorektal 90-95 persen dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup, sisanya oleh gen.
"Kanker kolorektal timbul karena adanya karsinogen atau bahan-bahan yang menyebabkan kanker dari lingkungan kita. Dan juga gaya hidup ditambah kebiasaan sejak kecil," ujarnya pada acara Media Briefing "Kenali Kanker Kolorektal Lebih Dekat" di Kantor Pusat YKI, Jakarta Pusat, Selasa (3/4/2018).
Ia juga menyebutkan bahwa sekitar lebih dari 30 persen pengidap kanker kolorektal di Indonesia berada dalam usia produktif, yakni 40 tahun dan bahkan lebih muda. Perubahan gaya hidup seperti merokok dan kebiasaan makan dapat berperan menjadi karsinogen.
"Kebiasaan sejak kecil ya, kita dari anak anak sudah sangat terpapar dengan makanan junk food, kemudian terlalu banyak makan daging merah," lanjut dr Nadia.
Makanan cepat saji atau fast food lebih sulit karena tinggi lemak dan kurang serat, ditambah proses pengolahan dan memasaknya yang instan dan mengandung banyak pengawet. Zat akrilamid yang terbentuk pada makanan deep fried atau digoreng dengan minyak penuh juga bisa menjadi karsinogen.
"Apalagi kalau ada bahan-bahan pengawet seperti
formalin. Ini formalin masih agak loose di negara kita."
dr Nadia menyebutkan dengan merubah gaya hidup menjadi lebih sehat, sekitar 50 persen dari kasus kanker kolorektal di Indonesia dapat dicegah. Karena kebanyakan pasien datang ketika sudah stadium lanjut, sehingga angka harapan hidupnya rendah serta beban biaya penanganan yang semakin besar.
dr Nadia menyebutkan dengan merubah gaya hidup menjadi lebih sehat, sekitar 50 persen dari kasus kanker kolorektal di Indonesia dapat dicegah. Karena kebanyakan pasien datang ketika sudah stadium lanjut, sehingga angka harapan hidupnya rendah serta beban biaya penanganan yang semakin besar.
No comments:
Post a Comment